1. Dalil Al-Qur’an dan Tafsir Klasik
“Tuhan semesta alam” (Rabb al-‘Ālamīn)
- Istilah al-‘ālamīn dalam basmalah (QS al-Fatihah 1:2) secara jamak menandakan kewujudan banyak alam; meskipun tafsirnya beragam, ini membuka ruang bagi pemikiran “banyak dunia” Wikipediamuslimidia.com.
- QS At-Talaq (65:12): “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi…” Tafsir kontemporer dan klasik memandang frasa “tujuh langit” dan “seperti itu pula bumi” sebagai indikasi bahwa alam semesta bisa memiliki struktur bertingkat atau berlapis—mirip gagasan multiverse rajaopera.comYayasan Rumpun Nurani.
- QS Al-Anbiyā’ (21:30): “Langit dan bumi dahulu menyatu…” Kadang dikaitkan dengan gagasan alam semesta ganda atau bertingkat; namun lebih sering dihubungkan dengan teori Big Bang modern Yayasan Rumpun NuraniWikipedia.
2. Pemikiran Filsuf & Teolog Islam Klasik
- Fakhr al-Dīn al‑Rāzī (1149–1209) Dalam Matalib al-‘Aliya, ia menolak gagasan hanya ada satu alam semesta. Ia berargumen bahwa Allah mampu menciptakan “alfa alfi ’awālim”—ribuan dunia, bahkan alam semesta yang lebih besar dari kita, berdasarkan ayat “Rabb al-‘ālamīn” Wikipedia+2Wikipedia+2.
- Al-Ghazālī (1058–1111) Melalui teori dunia kemungkinan (possible worlds), ia menyatakan bahwa alam ini merupakan dunia terbaik yang dipilih Allah dari kemungkinan lain—sebuah pijakan metafisik yang memberi ruang pada gagasan multiverse walau tetap menekankan satu alam aktual (uniqueness) Wikipedia.
- Pemikir modern Morteza Motahhari & Faheem Ashraf Motahhari mempertanyakan “apakah mungkin ada dunia sebelum kita dengan hukum berbeda?” Sementara Ashraf menafsirkan “tujuh langit” sebagai indikasi adanya banyak alam yang eksis hingga sekarang Zygon.
3. Perspektif Islam–Sains & Teolog Kontemporer
- Islam‑Science.net Menyebut multiverse sebagai konsep filosofis yang menarik tetapi tidak diperlukan secara teologis: keindahan alam raya dan keteraturan dianggap sudah cukup untuk membuktikan desain ilahi. Namun, multiverse tetap kompatibel dengan pandangan Islam, tergantung interpretasi pribadi ilmuwan Muslim seperti Basil Altaie yang menjajaki kosmologi yang selaras dengan Al-Qur’an, seperti siklus Big Crunch–Big Bang islam-science.net.
- Artikel “Islam Futuristik” & “Lintas Pantura Indonesia” Mengaitkan konsep tujuh langit berlapis dengan model fisika modern—seperti geometris “bola di dalam bola”—dan membandingkan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ sebagai ‘transdimensional travel’, mirip teori wormhole dalam fisika teoretis lintaspanturaindonesia.comPWMU.CO | Portal Berkemajuan.
- Makalah dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Menyimpulkan bahwa multiverse bisa diterima dalam kerangka Islam selama tidak bertentangan dengan tawḥīd (keesaan Allah); terbuka untuk dialog antara teologi dan sains modern ejournal.indo-intellectual.id.
- Pendapat dari SeekersGuidance (Ustadh Salman Younas) Menyatakan bahwa dunia alternatif (misalnya alam bārzakh, alam al‑mithāl) adalah bagian dari tradisi Islam, dan narasi tentang banyak bumi (Ibn ‘Abbas) meski kontroversial, memberi ruang bagi pemikiran multiverse secara filosofis dan teologis SeekersGuidance.
4. Perspektif Masyarakat: Forum / Reddit (bukan teks ilmiah)
- Seorang penulis merujuk kepada pemikiran al‑Razi: “God has the power … to create millions of worlds… each one … having the like of what this world has …” sebagai penjelasan teologis mengapa multiverse layak dipertimbangkan Reddit.
- Penafsiran Ibn ‘Abbas (statusnya didebat): “Seven earths, and in every earth is a Prophet like your Prophet, … Adam like Adam…” Menggambarkan gagasan adanya realitas paralel dengan penanda sejarah mirip di setiap dunia Reddit.
- Analogi efek kupu-kupu: Menyebut bagaimana setiap pilihan hidup memicu cabang realitas berbeda, dan bahwa manusia tidak dapat melihat semuanya—hanya Allah yang mengetahuinya semua Reddit.
Kesimpulan
- Qur’an dan tafsir klasik memang menyiratkan kemungkinan adanya realitas lain melalui frasa seperti al-‘ālamīn dan sabʿ samāwāt, yang diinterpretasikan sebagai multiverse oleh beberapa ulama.
- Filsuf seperti al-Rāzī secara eksplisit mendukung gagasan dunia berlipat, sementara al-Ghazālī menawarkan pendekatan metafisik yang tetap mempertahankan esensi unik alam kita.
- Ulul albab modern dan ilmuwan Islam menyikapi multiverse secara spekulatif, tetapi tetap menghormati tawḥīd dan tak memaksakan interpretasi ilmiah ke dalam teks suci.
- Masyarakat dan mufasir kontemporer menanggapi konsep ini sebagai ruang refleksi dan dialog antara sains dan teologi, bukan kewajiban dogmatis.